Memprihatinkan, Siswa SDN 2 Rite Belajar di Bawah Plafon Ambruk

Memprihatinkan, Siswa SDN 2 Rite Belajar di Bawah Plafon Ambruk

Siswa SDN 2 Rite Kecamatan Ambalawi setiap hari harus bertaruh keselamatan nyawa di dalam ruangan kelas. Sebanyak 6 lokal ruang kelas tempat mereka belajar kondisinya sangat memprihatinkan.

Saat Sensasi.net berkunjung bersama Perkumpulan Solud NTB dalam program pendidikan inklusif, Kamis (25/10/2018) pagi, Guru SDN setempat mengajak berkeliling melihat kondisi sekolah.

Semua atap plafon ruang kelas terlihat rata-rata dalam kondisi rusak parah, mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Yang paling membahayakan di ruangan kelas 1 dan kelas 2. Atap plafon sudah ambruk sebagian karena keropos. Bahkan, kayu-kayu triplek rusak nampak menggantung begitu saja di ruangan.

Tinggal menunggu waktu, sebagian plafon berusia tua itu berpotensi ambruk dengan sendirinya jika tak diperbaiki. Ironisnya, karena tak ada pilihan lain siswa tetap belajar meski dengan ancaman keselamatan nyawa.

“Kita tidak punya pilihan, mau memperbaiki tetapi sekolah tidak punya biaya. Setiap hari siswa kami belajar seperti ini adanya,” jelas Guru Kelas 1 SDN 2 Rite Pipit.

Ia dan guru-guru sadar, kondisi ruangan sangat membahayakan siswa karena sewaktu-waktu sebagian atap plafon dapat ambruk menimpa siswa. Namun apa daya, pihak sekolah juga memikirkan pembelajaran siswa harus terus dilanjutkan agar tidak ketinggalan.

“Ruang kelas 1 dan 2 ini paling parah. Atap plafonnya sudah pada jebol dan rapuh,” ungkapnya.

Kepala SDN 2 Rite Ady Ardiansyah mengaku, selain atap plafon ruang kelas, beberapa bagian bangunan sekolah juga sangat membutuhkan perhatian. Seperti atap bangunan sekolah pada bagian belakang sebagian besar sudah rusak parah.

Tak hanya itu, kekurangan lainnya yang dibutuhkan sekolah masih cukup banyak. Diantaranya, belum mempunyai perpustakaan, mushola dan WC. Untuk sementara, karena ruangan terbatas, mushola, perpustakaan dan UKS masih menggunakan satu ruangan bersama.

“Kita punya 118 siswa, 14 Guru dan 6 lokal ruang belajar. Yang paling kesulitan ini ya WC dan air. Kasihan siswa kami ketika buang air harus turun ke kali kecil di bawah itu. Air juga masih menumpang di warga, setiap bulan harus kami bayar,” ungkapnya.

Kondisi sekolah yang sangat membutuhkan perhatian itu sudah berulang kali disampaikan sekolah ke UPT dan Dinas Dikpora. Baik secara langsung maupun melalui laporan Dapodik sekolah.

“Sampai sekarang belum ada respon apa-apa dari pihak dinas dan pemerintah daerah. Mudah-mudahan ada niatan Kepala Daerah kita dan jajarannya untuk turun langsung melihat kondisi sekolah kami,” harap Ady Ardiansyah. 

perkumpulansolud

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *